PENGARUH KONSENTRASI BA TERHADAP PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK PADA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) SECARA IN VITRO

Yolanda Retno Nandika Viola, Mochammad Roviq, Tatik Wardiyati

Abstract


Solanum tuberosum L. merupakan salah satu komoditas yang mendapat prioritas pengembangan karena dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat dan mempunyai potensi dalam diversifikasi pangan. Kendala utama dalam peningkatan produksi kentang adalah pengadaan benih kentang berkualitas yang belum memadai. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan memanfaatkan bioteknologi yaitu melalui kultur jaringan yang ditempuh melalui embriogenesis somatik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio BA yang tepat untuk memacu terbentuknya embrio somatik kentang varietas Atlantik dan Granola Transgenik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Juni 2016 di Laboratorium kultur jaringan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah 2 varietas yakni A: Atlantik dan B: Granola Transgenik, sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi BA yakni K0: 0ppm, K1: 0,5ppm, K2: 1ppm, K3: 1,5ppm, dan K4: 2ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa konsentrasi sitokinin (BA) yang diberikan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan eksplan dan berpengaruh terhadap keberhasilan induksi embrio somatik pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.). Konsentrasi BA yang diberikan berpengaruh terhadap induksi kalus, induksi embrio somatik, serta jumlah akar dan tunas yang berhasil tumbuh.

Keywords


Solanum tuberosum L.; Embrio somatik; BA; Kultur Jaringan

Full Text:

PDF

References


Gunawan, L.U. 1988. Teknik kultur jaringan tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan. PAU Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Hal 304.

Hijmans, R. 2001. Global distribution of the potato crop. American Journal of Potato Research.78(6): 403–412.

Kalimuthu, K., M. Saravanakumar, and R. Senthilkumar. 2007. In vitro micropropagation of Musa sapientum L. (Cavendish Dwarf). African Journal of Biotechnology. 6(9):1106-1109.

Litz, R.E and D.J. Gray. 1995. Somatic embryogenesis for agriculture improvement. World Journal Microbiol And Biotech. 11(2):416 – 425.

Lengkong, E. F. 2009. Regenerasi tanaman melalui embryogenesis somatic pada kentang unggul lokal superjohn asal Minahasa Selatan. Jurnal FORMAS. 2(4):244-249.

Menneses, A., Flores, D., Munoz, M., Arriesta dan Espinosa. 2005. Effect of 2,4-D, Hydric Stress and Light on Indica Rice Somatic Embryogenesis. Journal Biology. 53 (3): 361-368.

Ortega-Baes, P., M. Rojas-Arechiga. 2007. Seed germination of Trichocereus terscheckii (Cactaceae): light, temperature and gibberellic acid effects. Journal of Arid Environments. 69(1):169-176.

Purnamaningsih, R. 2006. Induksi Kalus dan Optimasi Regenerasi Empat Varietas Padi Melalui Kultur In Vitro. Journal Agrobiogen. 2(2): 74-80.

Rosliani, R., N. Sumarni, dan Suwandi. 1998. Pengaruh sumber dan dosis pupuk N, P, dan K pada tanaman kentang. Jurnal Hortikultura. 6(1): 988-999.

Sikder, H. B., Kumar, P., Abdullah, M., Raihan, A., dan Rahman, M. 2006. In vitro Regeneration of Aromatic Rice (Oriza sativa). International Journal of Agriculture and Biology. 8 (6): 759-762.

Smith, O. 1968. Potato: Production, Storing and Processing. The Avil. London. Hal 16-22.

Williams, E. G. and G. Maheswaran. 1986. Somatic embryogenesis: Factors influencing coordinated behavior of cells as an embryogenic group. Journal Botanical. 57 (7): 443-462.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.